Selasa, 06 November 2012

Soe Hok Gie inspirasiku...

Aku adalah pengagum sosok Soe Hok Gie, aku mengenalnya dari film ‘GIE’ dan jujur aku terharu dalam film itu yang mana profesinya sama dengan aku pencinta alam dan aktivis kampus, meskipun aku bukan Idealis, setelah itu saya coba mencari seperti apakah Gie. Ternyata fisiknya nya  jauh dari Nicholas Saputra pemerannya di film Gie, pria yang lahir di Djakarta 17 Desember 1942 dia adalah seorang Tiong Hoa yang kecil dan kurus, seorang idealis, pecinta alam dan aktivis kampus(Fakultas Sastra Universitas Indonesia jurusan sejarah), anak keempat dari lima bersaudara. Pemikiran-pemikiran dan kata-katanya yang berani dan jujur  telah banyak menjadi inspirasi banyak orang khususnya politisi dan kalangan Pecinta Alam termasuk aku sendiri.  Apalagi setelah peristiwa meninggalnya ia sehari sebelum ulang tahunnnya 16 Desember 1969 di puncak Semeru menjadi hot news pada waktu itu. Wajar saja karena dia adalah salah satu orang di belakang layar yang cukup berpengaruh dalam pelengseran Presiden Soekarno pada masa orde lama, banyak misteri di balik kematiannya sampai-sampai Herman O. Lantan rekan pendakiannya di tuduh telah membunuh Gie ketika di puncak. Secara umum kematiannya di sebabkan oleh gas beracun. Di samping dari semua itu aku ingin menyajikan kata-katanya yang aku kutip dari buku-buku tentangnya. Kata-kata yang memberikan inspirasi dan pemikiran baru tentang realita hidup. Ok Check this word...
Sebuah Tanya
·                                “Akhirnya tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika  yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih selembut dahulu ??
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku..
Kabut tipis pun turun pelan pelan di lembah kasih, di lembah  mandalawangi..
Kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi  suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku  semesra dahulu
Ketikaku  dekap, kau dekaplah  lebih mesra, lebih dekat..
( lampu lampu berkelipan di Jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. Kau dan aku berbicara, tanpa kata tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita.
“apakah kau masih berkata, Ku dengar derap jantung mu.
Kita begitu berbeda dalam semua
KECUALI  DALAM CINTA…”

( haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram, wajah yang tidak  kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti  “seperti kabut pagi itu”
manisku, Aku akan jalan terus
Membawa kenangan kenangan dan haapan harapan
Bersama hidup yang begitu biru”
(soe hok gie, catatan seorang demonstran)

·                                  Ada orang yang mehabiskan waktu nya berziarah di mekkah
Ada orang yang mehabiskan waktu nya berjudi di miraza
Tapi aku ingin menghaabiskan waktu ku disisimu sayangku

·         Bicara tentang anjing -anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga  yang manis  di lembah mandala wangi

·         Ada serdadu2 amerika yang mati kena  bom di danang
Ada bayi2 yang mati lapar di Biafra
Tapi aku ingin mati di sisi mu sayangku

·         Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang  tujuan  hidup yang tk satu  setan pun tahu

·         Mari sini sayang ku
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah kelangit atau awan mendung
Kita tak pernah menanamkan apa-apa
Kita tak pernah kehilangan apa-apa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar