OLAHRAGA mulai menjadi
sebuah tren atau gaya hidup masyarakat di seluruh dunia. Hal ini
terlihat dari berbagai event yang diadakan selalu diikuti oleh sebagian
besar masyarakat, baik tua maupun muda. Mulai dari olahraga kesehatan
sampai dengan olahraga prestasi.
yudhi
Pemanasan Dulu Baru Olahraga
Begitu juga dengan munculnya beberapa perkumpulan
olahraga masyarakat seperti senam aerobik dan olahraga bersepeda. Sejauh
pengamatan penulis, pelaku olahraga masih banyak yang kurang menyadari
bagaimana berolahraga yang baik dan aman, terutama pada pemanasan.
Pemahaman yang ada di masyarakat bahwa pemanasan itu bertujuan untuk
mencegah cedera. Ini adalah pemahaman yang tidak sepenuhnya benar.
Apakah
dengan pemanasan pelaku olahraga dapat terhindar dari cedera? Tentu
saja tidak. Potensi cedera dalam olahraga bukan hanya dikarenakan faktor
kurang/tidaknya pemanasan, tetapi juga karakter/tipe olahraga yang
dilakukan memiliki andil yang tidak sedikit. Sebagai contoh, karakter
cabang olahraga sepak bola yang lebih banyak terjadi kontak fisik (body
contact) antar pemain, memiliki potensi cedera yang lebih besar daripada
olahraga bulu tangkis yang permainannya dibatasi jaring/net. Harus
diakui, apapun cabang olahraganya pasti berpotensi cedera.
Untuk
meminimalisir risiko cedera maka pelaku olahraga wajib melakukan
pemanasan terlebih dahulu. Pelaku olahraga masih banyak yang mengabaikan
tahapan berolahraga yang bermanfaat dan aman (jauh dari risiko cedera).
Sebagaimana kegiatan memasak yang diawali dengan menyiapkan bahan,
memasak, dan diakhiri dengan penyajian, olahraga pun harus diawali
dengan pemanasan (warming-up), latihan inti, dan diakhiri dengan
pendinginan (cooling-down). Ketiga tahapan olahraga tersebut sangat
penting sehingga harus dilakukan oleh pelaku olahraga tanpa terkecuali.
Diantara
ketiga tata cara berolahraga itu, tahap pemanasan merupakan tahap yang
penting, namun sering diabaikan. Jangankan masyarakat awam, atlet pun
terkadang tidak melakukannya. Beberapa sebab antara lain: ketidaktahuan
pelaku, kurangnya kesadaran pelaku, dan malas melakukan pemanasan.
Seringkali kita melihat pelaku olahraga datang ke lapangan, pakai
sepatu, dan langsung main tanpa pemanasan lebih dulu.
Pengertian Pemanasan
Pada
dasarnya setiap aktivitas olahraga terdiri dari pemanasan, kegiatan
inti, dan pendinginan. Ketiga tahap ini hendaknya menjadi pedoman para
pelaku olahraga ketika melakukan kegiatan olahraga. Pemanasan
(warming-up) adalah aktivitas yang berisi gerakan-gerakan yang mendukung
aktivitas inti dari olahraga yang akan dilakukan berikutnya.
Aktivitas pemanasan berisikan peregangan statis, dinamis, dan gerakan-gerakan formal olahraga yang akan dilakukan.
Mengapa
harus pemanasan. Berolahraga berarti menggerakkan seluruh atau sebagian
anggota tubuh. Gerak yang dilakukan dalam berolahraga berbeda dengan
kegiatan sehari-hari. Bagian tubuh yang digerakkan adalah otot dan
sendi. Tujuan pemanasan adalah untuk menyiapkan otot dan sendi tubuh
sebelum aktivitas olahraga yang sesungguhnya, dengan cara menaikkan suhu
tubuh kurang lebih satu derajat celcius. Kenaikan suhu tubuh yang
diikuti dengan meningkatnya denyut jantung menyebabkan aliran darah ke
seluruh tubuh menjadi lebih cepat sehingga pasokan oksigen ke dalam otot
menjadi lebih banyak. Akibatnya, pelaku olahraga akan mampu
menggerakkan anggota tubuh dengan cepat, kuat, sudut gerak yang luas,
dan rasa nyaman.
Sedangkan manfaat pemanasan yaitu meminimalkan
risiko cedera olahraga. Secara psikologis, pemanasan bermanfaat pada
kepercayaan diri dan rasa nyaman. Akibat yang sering terjadi jika tidak
melakukan pemanasan yaitu otot dan sendi tubuh terasa kaku, kram otot
dan rasa pegal.
Secara umum pemanasan terdiri dari tiga cara yang
dilakukan oleh pelaku olahraga yaitu: peregangan statis, peregangan
dinamis, dan gerakan-gerakan formal olahraga inti. Peregangan statis
adalah peregangan dengan meregangkan sendi dan otot tubuh sejauh/seluas
mungkin sampai hampir terasa sakit, kemudian sikap tersebut ditahan
sampai dengan 20 hitungan. Gerakan ini dilakukan pada seluruh sendi
tubuh.
Peregangan dinamis dilakukan dengan memutar dan
memantul-mantulkan sendi dan otot tubuh, gerakan tersebut dilakukan
sampai dengan 20 hitungan. Peregangan dinamis berisikan gerakan
memanjangkan dan memendekkan otot dan sendi, dan memutar-mutarkan otot
dan sendi tubuh.
Peregangan statis dan dinamis ini sebaiknya
dikenakan pada otot dan sendi tubuh secara berurutan, dari atas ke bawah
ataupun sebaliknya. Maksudnya ialah mulai dari leher, bahu, punggung,
sampai ujung kaki atau sebaliknya. Perlu diketahui bahwa peregangan
statis dan dinamis ini dapat juga digunakan sebagai latihan kelenturan
(fleksibilipis).
Setelah keduanya dilakukan, selanjutnya pelaku melakukan gerakan-gerakan formalitas yang mirip gerakan olahraga
sesungguhnya.
Gerakan ini bisa dilakukan dengan alat ataupun tanpa alat. Sebagai
contoh, pelaku olahraga sepak bola melakukan sprints pendek dan
mendribel bola. Kecukupan dalam melakukan pemanasan diukur dengan jumlah
denyut nadi yaitu 60%-70 persen dari denyut nadi maksimal (DNM). Untuk
menghitung DNM baca Bapos 1 Desember 2007.
Akhirnya penulis
mengajak kepada seluruh masyarakat untuk terus berolahraga dan
meningkatkan kesadaran melakukan pemanasan terlebih dahulu agar olahraga
yang kita lakukan dapat bermanfaat dan aman. Wallahu ‘alam bissawab. (*)